Senin, 02 Juni 2014

Vastenburg Carnival, Perjalanan Mencari Nilai

  Karnaval bukan sekedar pesta ekspresi, melainkan juga mendapatkan nilai di dalamnya.



Karnaval yang biasanya diekspresikan secara glamour di jalanan dan diikuti oleh peserta-peserta berparas menarik baik postur tubuh dan wajah. Menjadi santapan para fotografer dan video maker  untuk mendapatkan  obyek-obyek visual yang indah.  Namun pada Vastenburg Carnival (Vascar) bertema ‘bamboo, it’s my costume’  yang diadakan pada 6 – 7 Juni di cagar budaya Benteng Vastenburg, menjadi berbeda. Peserta karnaval mengikuti workshop sejumlah 20 kali yang diadakan sejak Maret – Juni 2014, untuk menampilkan karya kostumnya. Apa yang berbeda? Vascar juga merangkul anak-anak YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) dan Panti Asuhan Pamardi Yoga, Surakarta, untuk menjadi peserta Vascar. Vascar menemani mereka untuk berkreatif dengan bambu dan bergaul dengan teman-teman baru peserta Vascar kelompok SD, SMP, SMA/SMK dan mahasiswa.  Membangun dunia optimisme dan berbagi kebahagiaan bersama.


Memproses elemen bambu dengan pernik-pernik biji-bijian tanaman menjadi nilai kreativitas dalam memahami ragam hayati nusantara. “Saya mendapatkan pengalaman baru – berpikir cepat, tepat, kreatif dan mengetahui serta mengerti bagaimana menciptakan sesuatu yang indah dari bambu,” ungkap Anisa Dwi Agustin, siswi SMK 7 Surakarta. Temannya, Desi Susanti, yang juga peserta Vascar dari SMK 7 Surakarta, menambahkan bahwa ia mendapatkan sesuatu yang baru, yang semula mustahil merelalisasikan, akhirnya mampu mewujudkan elemen bambu menjadi kostum.

Peserta juga belajar warisan budayanya ketika karnaval ini diadakan di cagar budaya Benteng Vastenburg.   Mungkin sebagian masyarakat belum tahu, bahwa terdapat 442 benteng tersebar di daerah-daerah Indonesia (Riset Pusat Dokumentasi Arsitektur, 2007).

Selain peserta dari Solo. Vascar juga diikuti dari peserta luar kota - Bengkel Seni Andhang Pangrenan (Banyumas), Komunitas Beksa Kinara-Kinari (Magelang), Ngesti Manunggal (Boyolali), Bregada Saeko Kapti (Yogyakarta), Karnaval Batik Pekalongan dan Sanggar Gatra (Bengkulu).


Kamis, 22 Mei 2014

Ludruk Karya Budaya, 12 Jam Kidungan Jula-Juli Nonstop


Ludruk Karya Budaya dari Mojokerto yang didirikan pada tanggal 29 Mei 1969,  akan merayakan HUT ke-45 dengan tajuk ’45 Tahun Duta Budaya Bersinar Ludruk Karya Budaya’. Perjalanan panjang yang penuh liku untuk sekedar bertahan sebagai grup teater tradisional Jawa Timur, tak membuatnya lelah dalam memberikan kontribusi terhadap perjalanan sejarah seni pertunjukan Indonesia. Rangkaian acara dalam menyambut HUT ke-45 adalah sebagai berikut:

27 Mei 2014, pk. 08.30 wib - selesai
Diskusi  buku ‘Ludruk Karya Budaya Mbeber Urip’
Bertempat di:
Rumah Makan Jimbaran
Jl. Bypass Mojokerto

28 Mei 2014, pk 19.30 wib  - selesai
- Lanching buku ‘Ludruk Karya Budaya Mbeber Urip’
- Pentas Ludruk Karya Budaya dengan lakon ‘Keris Tunjung Biru’
Bertempat di:
Taman Krida Budaya
Jl. Soekarno-Hatta, Malang

29 Mei 2014, pk. 12.00 -24.00 wib
12 Jam Kidungan Nonstop
Bertempat di:
Pondok Jula-Juli
Desa Canggu, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto

Kontak
Jabbar 0819 4969 0927

Rabu, 07 Mei 2014

Vastenburg Carnival, 6 - 7 Juni 2014

Vastenburg Carnival
Solo, 6-7 Juni 2014
 bamboo, it’s my costume

Indonesia yang kaya dengan ragam hayatinya masih banyak menyimpan kekayaan tradisi dan pengetahuan yang belum digali secara optimal. Salah satunya adalah tanaman bambu. Jenis tanaman ini mudah ditemukan dan ditanam di daerah-daerah Indonesia.  Dari 2040 jenis bambu yang ada di dunia, 165  jenis bambu tumbuh di Indonesia.  Suatu tanaman yang punya banyak manfaat dan multifungsi untuk obat-obatan, konstruksi bangunan, interior, kerajinan tangan, alat musik,  menyerap dan menahan air, mencegah erosi tanah dan lain-lain. Karena nilai kegunaannya itu, beberapa arsitek Indonesia menjuluki bambu sebagai ‘emas hijau’. Menjadikan bambu sebagai alternatif pengganti bahan bangunan seperti beton, besi, dan kayu yang kini berharga mahal.  Sayangnya, masih banyak masyarakat yang  tidak begitu peduli terhadap bambu. Kita tertinggal jauh dari Cina, Jepang dan negara-negara lainnya sudah melangkah lebih jauh menggunakan serat bambu untuk bahan tekstil dan terus mengembangkan teknologi bambu.



Mencermati nilai kegunaan bambu yang luar biasa itu, Rumah Karnaval Indonesia (RKI)  mengelaborasi dan mengeksplor bambu untuk kostum karnaval. Kemanfaatan bambu, karakter bambu yang ringan, mudah dibentuk (lentur), dan awet menginspirasi RKI membuat tema karnaval bamboo, it’s my costume’ dalam  program Vastenburg Carnival, pada 6-7 Juni 2014. Selain itu, berdasarkan data historis, pada tahun 1925 ketika perayaan HUT Ratu Wihelmina di Surakarta, bambu telah digunakan menjadi elemen artistik dalam menghias keindahan Benteng Vastenburg. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Surakarta tempoe doeloe sudah akrab dengan bambu sebagai elemen artistik bangunan dan ruang publik. Oleh kerena itu, Vastenburg Carnival berusaha mengujungi masa lalu dan masa kini dalam perpektif pelestarian heritage.

Vastenburg Carnival  akan menampilkan Karya karya kostum karnaval dari bambu hasil dari Workshop selama 4 bulan dan 8 grup karnaval pilihan dari daerah-daerah luar Solo. Program ini berupaya mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan kreativitas bambu dan memahami keberadaan cagar budaya benteng-benteng di Indonesia dalam format Pameran Foto Benteng-Benteng se-Indonesia (bekerja sama dengan Pusat Dokumentasi Arsitektur).  Program ini akan diadakan pada tanggal 6 -7 Juni 2014, di Cagar Budaya Benteng Vastenburg, Jl. Jenderal Sudirman, Surakarta. Peserta meliputi warga masyarakat Solo dan sekitarnya dan 8 grup karnaval tamu undangan.

            Program ini bertujuan: (1) Mengapresiasi keberadaan tanaman bambu yang kini jarang dioptimalkan kemanfaatannya oleh masyarakat dalam format kostum karnaval dan Mengajak masyarakat untuk mencintai kekayaan ragam hayati Indonesia; (2) Memahami   aspek historis keberadaan benteng-benteng di Indonesia; dan (3) Memaknai warisan sejarah benteng Vastenburg sebagai simbol pertahanan budaya lokal Indonesia dan sebagai sumber inspirasi dalam meningkatkan jiwa nasionalisme-indonesiaan


Agenda Acara

Jumat, 6 Juni 2014

08.00 :
Pembukaan Pameran Bentang Benteng Indonesia

09.00 - 11.00 :
Sarasehan Bentang Benteng Indonesia
Pembicara:
1.    Nadia Purwestri, Direktur Eksekutif Pusat Dokumentasi Arsitektur.
2.    Heri Priyatmoko, SS, MA., Sejarawan Solo.
Moderator: Kusumaningdyah N.H., ST, MT, Dr.Eng.
Bertempat di: Benteng Vastenburg, Jl. Jenderal Sudirman, Solo

15.00 - 17.00 :
WARLENS At Vastenburg pemotretan secara massal, serentak dan dalam waktu bersamaan dengan obyek karya-karya Vastenburg Carnival - KPFS

Kamis, 10 April 2014

Lomba Foto Festival Seni Bantengan 2014


DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI JADI KABUPATEN MOJOKERTO KE 721 TAHUN DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN MOJOKERTO DAN DEWAN KESENIAN KABUPATEN MOJOKERTO MENYELENGGARAKAN




Kriteria Lomba

1.Kategori lomba foto meliputi: pelajar/mahasiswa; umum/profesional; dan wartawan. “belum pernah dimuat atau dipublish”

2.Foto adalah karya asli, dan panitia berhak menggugurkan pemenang apabila di kemudian hari foto terbukti bukan karya asli.

3.Foto belum pernah diikutsertakan dalam lomba apapun dan tidak sedang disertakan dalam lomba lainnya.

4.Foto hanya boleh di cropping dan di brighten saja

5.Pendaftaran lomba melalui email : lombafotografi2014@yahoo.com dan Melampirkan identitas pengirim (nama, alamat, email, dan nomor telepon).

6.Pengiriman foto dalam bentuk file berwarna (full colour), dan di buat pada masa 19 s/d 20 April 2014 pada acara festival seni bantengan 2014 tempat Lap. Canggu kec. Jetis Mojokerto, lalu di upload https://www.facebook.com/pages/Lomba-Foto-SeniBantengan-2014 disertai No urut peserta, paling lambat tanggal 26 April 2014 pukul 24.00 WIB.

7.Peserta dapat mengirimkan maksimal 5 foto.

8.Panitia berhak menggunakan foto untuk kepentingan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto dan Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto.

9.Pengumuman hasil lomba melalui http://disporabudpar.mojokertokab.go.id/ danhttps://www.facebook.com/pages/Lomba-Foto-Seni Bantengan-2014 pada Tanggal 1 Mei 2014.

10.Keputusan juri bersifat final dan tidak bisa diganggu gugat.

Kamis, 20 Februari 2014

Lomba Fotografi Festival Jenang Solo, 22-23 Februari 2014



Ketentuan Lomba Fotografi
Festival Jenang Solo 2014
Tema : "Kegiatan Festifal Jenang Solo 2014 (FJS 2014)"
Ketentuan Umum

1.   Lomba ini terbuka untuk pelajar, mahasiswa, dan umum. Warga Negara Indonesia ataupun asing tanpa pengkategorian .

2.   Karya foto yang dikirim adalah karya ciptaan sendiri, belum pernah dipublikasikan di media cetak skala nasional, dan belum pernah memenangkan penghargaan dalam lomba fotografi apapun.

3.   Foto yang diikutsertakan dalam lomba adalah hasil foto d6ari pemotretan menggunakan kamera dslr, mirorles, prosumer, dan poket (Tidak boleh menggunakan kamera handphone/smartphone).

4.   Peserta diberikan kebebasan dalam memilih obyek fotografi  yang berkaitan dengan FJS 2014.

5.   Obyek foto harus diambil dari rangkaian kegiatan FJS 2014 yang berlangsung pada tanggal 16 – 17 Februari 2014, pk 07.00 – 11.00..

6.   Setiap foto harus dilengkapi identitas diri peserta seperti: nama fotografer, judul foto, alamat, nomor telepon/hp, e-mail.

7.   Hak cipta melekat pada fotografer, namun Panitia FJS 2014 dan Yayasan Jenang Indonesia diberikan hak/ijin untuk memublikasikan foto yang masuk nominasi (finalis) untuk kepentingan non-komersial dalam lingkup kegiatan lomba foto ini. Panitia dibebaskan dari tuntutan pihak ke-3, bila foto digunakan untuk keperluan tersebut.

8.   Seluruh karya yang masuk ke Pantia akan diseleksi oleh Dewan Juri, ( Tanpa mempertimbangkan like, tag, hastag).

9.   Pengiriman karya dimulai 16 Februari 2014 dan ditutup tanggal 18 Februari  2014 pukul 24.00 WIB.

10.  Nama pemenang akan diumumkan pada tanggal 25 Februari 2014

11.  Seluruh karya foto akan dipublikasikan ke Facebook FJS 2014


Ketentuan Khusus

1.  Setiap peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 3 buah karya foto dalam format digital (JPEG).

2.  Olah digital diperbolehkan, sebatas perbaikan kualitas foto (sharpening, cropping, color balance, dan saturasi warna) tanpa merubah keaslian objek.

3.  Tidak diperbolehkan mengirimkan foto berupa kombinasi lebih dari satu foto (composite dan montage) dan menghilangkan/mengubah elemen-elemen dalam satu foto.

4.  Dengan mengirimkan karya foto berarti peserta telah dianggap menyetujui   semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh panitia.

5.  Panitia berhak mendiskualifikasi foto peserta sebelum dan sesudah penjurian apabila dianggap tidak memenuhi ketentuan.

6.  Keputusan Dewan Juri mutlak tidak dapat diganggu gugat.

7.  Tidak dipungut biaya apapun

Festival Jenang Solo 22-23 Februari 2014



Press rilis:
Festival Jenang Solo 2014
Solo, 22-23 Februari 2014

Inspirasi 17 Macam Jenang yang Mengiringi
Boyongan Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta’

Eksistensi jenang pada tradisi masyarakat Jawa (Solo) sudah hidup  mengakar sejak zaman Hindu, dan era Walisongo sampai masa kini. Jenang selalu hadir sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepadaNya. Bersyukur atas karunia hasil bumi ciptaanNya yang telah menghidupi manusia dari proses kelahiran sampai kematian.
Misalnya, masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Surakarta dan sekitarnya, semua ritual selamatan itu tak pernah lepas dari keberadaan Jenang. Kehadiran jenang di sini tak hanya sekedar berfungsi sebagai makanan pelengkap saja, melainkan juga simbol doa, harapan, persatuan dan semangat masyarakat Jawa itu sendiri.
Untuk melestarikan makanan  tradisional jenang dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, Festival Jenang Solo (FJS) yang ketiga ini, yang diadakan pada 22-23 Februari 2014,  mengambil tema ‘Inspirasi 17 Macam Jenang yang Mengiringi Boyongan Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta’. Ketujuhbelas macam jenang tersebut:

(1)  Jenang abrit petak, (2)jenang lang, (3) jenang saloko, (4) jenang manggul, (5) jenang suran, (6) jenang timbul, (7) jenang grendul, (8) jejang sumsum, (9) jenang lahan, (10) jenang pati, (11) jenang kolep, (12) jenang ngangrang, (13) jenang taming, (14) jenang lemu mawi sambel goreng, (15) jenang koloh, (16) jenang katul, (17) jenang warni 4.

FJS 2014 ini sekaligus berbarengan merayakan HUT Kota Solo ke-269. Tidak hanya merayakan HUT Kota Solo, FJS 2014 juga melakukan penggalian dana (charity)  untuk meringankan para korban/pengungsi akibat erupsi Gunung Kelud – Jenangku  Dulurku.

Kegiatan charity ini sesuai dengan makna Jenang Abrit Putih, salah satu jenang dari 17 jenang, yang maknanya warna merah dan putih merepresentasikan penciptaan/asal-usul manusia -  laki-laki dan perempuan.  Di sini jenang menjadi pengingat (reminder) bagi kita semua, bahwa peristiwa erupsi Gunung Kelud  menjadi renungan (refleksi) bagi kita – dari mana dan mau ke mana tujuan hidup kita, kita tak bisa lepas dari genggamanNYA.

Lewat Festival Jenang Solo dan merayakan HUT Kota Solo ke-269, Yayasan Jenang Indonesia dan masyarakat Solo, berusaha membangun semangat untuk saling berbagi dengan sesama.dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif masyarakat Solo.

Venue
Koridor Ngarsopuro solo (depan Pura Mangkunegaran)
Kawasan Jl. Diponegoro, Solo

Agenda Acara

Lomba Fotografi Festival Jenang Solo 22-23 Februari.

Sabtu, 22 Februari 2014

07.15 – 07.45   
Marut kelapa Massal. Marut bersama Anak-anak Sekolah, ibu-ibu PKK dan
masyarakat umum.

07.45 – 08.45
Lomba Masak Jenang. Peserta meliputi  SMK Tata Boga, sekolah perhotelan, PKK,  instansi pemerintahan dan umum.